Dari Biarawan Sion
Sampai ke Freemasonry
Menurut Dossiers
Secrets atau dokumen rahasia, Biarawan Sion (Priory Sion) atau Ordo Sion
didirikan oleh Godfroi de Bouillon pada 1090. Namun di dalam Dokumen Biara
disebutkan Biarawan Sion didirikan pada 1099, bertepatan dengan jatuhnya
Yerusalem ke tangan Pasukan Salib yang dipimpin oleh Godfroi dari kaum
Muslimin. Markas induknya berada di sebuah gereja khusus bernama Abbey of Notre
Dame du Mount de Sion di Yerusalem, atau di sebuah bukit terkenal di luar
Yerusalem, di selatan kota bernama Gunung Sion. Konon, di gunung inilah Nabi
Daud tinggal dan membangun rumah peribadatan yang kemudian bernama Bandar Daud.
Bahkan kaum Yahudi mempercayai bahwa Tuhan tinggal di Gunung atau disebut juga
Bukit Zion itu. Dari sinilah berasal nama Ordo Sion itu.
Dalam sejarahnya,
selain mereka berhasil mengambil alih Yerusalem dari kaum Muslimin, mereka pun berhasil mengangkat adik kandung Godfroi de Bouillon, Baldwin I. Menurut para peneliti, diangkatnya Baldwin menjadi raja di Yerusalem, tidak lain karena mereka saat itu sangat berkuasa. Di dalam perjalanannya, Ordo Sion yang juga disebut Ksatria Templar ini berhasil mendirikan sebuah tempat penitipan harta para peziarah Kristen yang ingin ke Yerusalem. Selama bepergian para peziarah ini tidak perlu khawatir, karena harta benda mereka dijaga oleh Ksatria Templar yang bernama Usury. Metode lembaga riba ini kemudian jauh-jauh hari diadopsi oleh bank-bank konvensional modern menjadi Treasury atau tempat penyimpanan benda-benda berharga. Para peziarah ini pun juga diberi selembar kertas promis yang memiliki kode-kode yang begitu rumit dan ketika tiba di Yerusalem mereka menukarnya di lembaga keuangan Templar setempat dengan uang. “Inilah cikal bakal sistem cek tunai yang kita kenal sekarang,” tulis Knight Templar Knight of Christ menyimpulkan.
selain mereka berhasil mengambil alih Yerusalem dari kaum Muslimin, mereka pun berhasil mengangkat adik kandung Godfroi de Bouillon, Baldwin I. Menurut para peneliti, diangkatnya Baldwin menjadi raja di Yerusalem, tidak lain karena mereka saat itu sangat berkuasa. Di dalam perjalanannya, Ordo Sion yang juga disebut Ksatria Templar ini berhasil mendirikan sebuah tempat penitipan harta para peziarah Kristen yang ingin ke Yerusalem. Selama bepergian para peziarah ini tidak perlu khawatir, karena harta benda mereka dijaga oleh Ksatria Templar yang bernama Usury. Metode lembaga riba ini kemudian jauh-jauh hari diadopsi oleh bank-bank konvensional modern menjadi Treasury atau tempat penyimpanan benda-benda berharga. Para peziarah ini pun juga diberi selembar kertas promis yang memiliki kode-kode yang begitu rumit dan ketika tiba di Yerusalem mereka menukarnya di lembaga keuangan Templar setempat dengan uang. “Inilah cikal bakal sistem cek tunai yang kita kenal sekarang,” tulis Knight Templar Knight of Christ menyimpulkan.
Tanggal 4 Juli 1187
menjadi hari yang bersejarah bagi kaum Muslimin. Karena di tanggal inilah
ketika Subuh seluruh pasukan kaum Muslimin pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi
berhasil mengepung rapat posisi pasukan Salib. Singkatnya, dengan perjuangan
yang sangat berat melawan pasukan Salib yang saat itu juga berusaha melindungi
Yerusalem dari serbuan serangan kaum Muslimin, Yerusalem pun akhirnya kembali
jatuh ke tangan kaum Muslimin. Mengenai peristiwa bersejarah ini, film Kingdom
Heaven ‘merekamnya’ dengan sangat apik.
Akibat kejatuhan
Yerusalem ini ke tangan kaum Muslimin yang kata Ordo Sion di dalam Dossiers
Secrets disebabkan oleh penghianatan Gerard de Ridefort dan juga akibat
kegegabahan Guy de Lusignan dan tentu saja sebab-sebab yang lain, Biarawan Sion
dan Ksatria Templar resmi pecah. Mengenai perpecahan ini, Rizki Ridyasmara
dalam “Knight Templar Knight of Christ,” menulis:
“Satu tahun setelah
kejatuhan Yerusalem, tahun 1188, secara resmi Ordo Sion melepaskan segala
tanggungjawab dan memutuskan hubungan dalam bentuk apapun terhadap Ksatria
Templar. Perpecahan ini dikabarkan diperingati dengan upacara ritual yang dinamakan
dengan Penebangan Pohon Elm. Tidak jelas apa maksudnya. Sejak itu, secara resmi
Ordo Sion menyatakan Ksatria Templar tidak ada lagi ikatan apapun dengannya…
Untuk mempertegas hal tersebut, Ordo Sion mengubah namanya menjadi Biarawan
Sion. Jika sebelum tahun 1188, Ordo Sion dan Ksatria Templar memiliki satu
Grand Master yang sama, maka sejak tahun itu mereka memiliki Grand Masternya
sendiri-sendiri. Menurut Dokumen Biara, Grand Master Ksatria Templar pertama di
tahun 1188 adalah Jean de Gisors”. Rizki menambahkan, meskipun mereka secara
resmi telah berpisah, namun kenyataannya mereka masih tetap berhubungan dan
melakukan kerjasama meskipun melalui gerakan bawah tanahnya.
Mengenai hubungan
rahasia ini, penulis meyakini disebabkan karena mereka mempunyai satu tujuan
dan satu Ideologi, yaitu Kabbalah. Kabbalah sendiri adalah ajaran mistis dan
esoteris yang menyembah dewa dewi. Jika kita merunutnya jauh ke belakang, maka
kita akan menemukan bahwa sesungguhnya ajaran penyembah setan ini diciptakan
oleh para penyihir dari Mesir kuno yang menjadi pendeta sekaligus penasehat
Fir’aun. Tak hanya Fir’aun yang mereka pengaruhi, para Pendeta Amon ini pun
berhasil mempengaruhi rakyat Mesir. Para Pendeta Amon ini pun begitu disegani
oleh Fir’aun. Sehingga dalam perjalanannya, mereka berhasil menghasut Fir’aun
untuk memusuhi Nabi Musa ‘Alaihissalam dan risalah yang dibawanya.
Di dalam al-Qur’an
peristiwa ini digambarkan sangat jelas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT).
Apalagi saat Fir’aun mengumpulkan para penyihir terhebat dari seluruh negeri
untuk mengalahkan Nabi Musa. Namun, dengan kekuasaan dan izin Allah SWT, sihir
para penyihir itu berhasil ditaklukkan oleh Nabi Musa. Para penyihir itu pun
setelah melihat mukjizat Nabi Musa langsung mengakui kebenaran risalah yang dibawa
oleh Nabi Musa. “Sungguh itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang
diilhami dari setan. Tapi sesuatu yang digerakkan kekuatan gaib yang menandakan
kebenaran kata-kata Musa dan Harun. Maka tidak alasan bagi kami untuk tidak
mengimani risalah yang mereka bawa dan beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa
yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala mereka sendiri,” ujar para
penyihir sambil bersujud di depan Nabi Musa ‘Alaihissalam.
Namun setelah
beberapa lamanya, keimanan Bani Israil terhadap kerasulan Nabi Musa dan Nabi
Harun ‘Alahissalam memudar dan hilang. Tepatnya setelah Allah menyeberangkan
Nabi Musa dan Bani Israil dari laut dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya.
Pada saat itu Nabi Musa pergi ke Bukit Thursina untuk seorang diri untuk
menerima “Firman yang Sepuluh” (The Ten Commandment) dan mengenai urusan
penjagaan Bani Israil diserahkan kepada Nabi Harun. “Kekosongan” inilah
dimanfaatkan oleh salah seorang pengikut Nabi Musa dan Harun dari kalangan Bani
Israil bernama Samiri.
Samiri sendiri
adalah salah seorang dari Bani Israil yang masih memegang kepercayaan Kabbalah
sebagai falsafah hidup. Bahkan ia disebut sebagai salah seorang petinggi
Kabbalah yang berhasil menyusup ke dalam umat Nabi Musa. Dia pun mengeluarkan
sebuah patung anak sapi dan mulai membujuk Bani Israil untuk kembali kepada
ajaran nenek moyangnya, Kabbalah atau penyembahan terhadap berhala-berhala.
Propaganda ini berhasil dan ketika Nabi Musa kembali ke kaumnya, beliau pun
marah melihat prilaku umatnya. Mereka berkilah sambil mengeluarkan sebuah
patung anak sapi yang dapat bersuara. “Maka mereka berkata: ‘Inilah Tuhanmu dan
Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (TQS. Thahaa: 86-88).
Begitulah sebuah
peristiwa yang menjelaskan kepada kita semua, bagaimana Iblis melalui anak
buahnya mempengaruhi pikiran Bani Israil sehingga sampai saat ini mereka, kaum
yang kini disebut Yahudi, masih menganut dan mengamalkan ajaran Kabbalah lewat
kitab Talmud. Kitab yang sengaja diciptakan oleh para pendeta Yahudi yang
menganut ajaran ini untuk menyaingi bahkan membuang Kitab Taurat asli yang
menyuruh penyembahan kepada Allah SWT dan tidak menyekutukannya. Kitab Talmud
sendiri berisi penghinaan terhadap Tuhan yang disamakan dengan makhluk
ciptaannya dan juga berisi penghinaan terhadap agama lain di luar Yahudi
seperti Islam dan Kristen, dengan menyebutnya sebagai Ghoyim atau kaum Gentiles
(Budak).
Kembali ke topik.
Melihat kekayaan, kebesaran sampai jaringan kekuasaan para Templar yang makin
luas, Raja Perancis Phillipe IV pun muak dan iri. Hal ini disebabkan karena ia
tidak mempunyai pengaruh terhadap para Templar lalu karena ia mempunyai hutang
yang sudah membengkak disebabkan pembiayaan Perang Salib kepada Ordo ini.
Akibat dendam, ia pun menyuruh seorang utusan bernama Von Nugari untuk menyampaikan
permintaan kepada Paus Clement V untuk membantunya balas dendam. Paus Clement V
pun menyetujuinya dengan alasan berhutang budi kepada Phillipe IV. Singkatnya,
Paus Clement V bekerjasama dengan Raja Perancis Phillipe IV pun mengeluarkan
surat perintah untuk menangkap dan mengadili para Ksatria Templar lewat vonis
inquisisi karena diduga para Templar telah melakukan bid’ah.
Lalu, pada tahun
1312, secara resmi Paus Clement V mengeluarkan maklumat pembubaran Ksatria
Templar yang kemudian disusul penangkapan Grand Master Ksatria Templar, bernama
Jacques de Molay pada 1314, dua tahun setelah maklumat pembubaran itu
dikeluarkan. Pada bulan Maretnya, Jacques de Molay pun di bakar hidup-hidup di
tiang salib. Tepatnya di belakang Gereja Notre Dame, Paris di depan umum. Di
dalam kobaran api itu, de Molay meneriakkan kutukan dengan sangat keras bahwa
setahun setelah ia mati, Paus Clement V dan Phillipe Ie Bel juga akan ikut
mati. Tiba-tiba saja hal itu terbukti, keduanya, Paus Clement V dan Phillipe Ie
Bel meninggal secara berurutan dan misterius.
Dari sinilah
bermula, para Templar yang kabur ke berbagai negeri di Eropa itu akhirnya
meninggalkan segala “pernak-pernik” Ksatria Templar. Mereka menyembunyikan
segala identitas pribadi mereka. Di Skotlandia, mereka diterima oleh King
Robert The Bruce. Para Templar ini pun menyusup ke dalam pekerjaan tukang Batu.
Lewat kegiatan inilah mereka mulai menguasai para Mason tersebut. Di Portugal,
mereka mengubah nama ordo mereka menjadi knight of Christ Order dan di Spanyol mereka
bergabung kedalam tim ekspedisi Vasco da Gama.
Freemason berdiri
secara resmi di Inggris pada tahun 1717. Freemason sendiri berasal dari dua
kata, free dan mason. Free berarti bebas dan Mason (Masonry) berarti pembangun,
juru bangun dan membangun. Dan seperti halnya sebuah organisasi, Freemason
mempunyai struktur keanggotaan tersendiri. Dan dari semua jenjang ini Freemason
dapat di kelompokkan ke dalam tiga jenis jenjang keanggotaannya. Berikut ketiga
jenis Freemason tersebut:
1.
Symbolism Freemason (Freemason Simbolik).
Freemason Simbolik adalah para anggota yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan
kaum Ghoyim. Pada level ini, anggota non-Yahudi (kaum Ghoyim) masih
dimungkinkan untuk terlibat dan aktif. Karena level ini masih bersifat umum.
Meski begitu, di dalam level ini mempunyai 33 tingkatan yang digunakan untuk
tahap penyaringan, kaderisasi dan proses seleksi pada jenjang berikutnya. Pada
level ini, aktivitas atau kegiatan organisasi ini masih seputar pemberian
bantuan kemanusiaan, seperti bantuan pendidikan, kegiatan sosial, dan
sebagainya. Kegiatan-kegiatan kemanusiaan mereka ini juga dapat kita lihat di
situs resmi mereka, Masonicworld.com.
Karena gerakan
Freemason bersifat elitis, maka proses perekrutan biasanya melaui acara private
party yang sangat berkelas. Sehingga dapat menarik minat orang-orang terpandang
untuk dapat mengikuti acara yang mereka buat. Orang-orang yang menjadi target
perekrutan biasanya adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh di dalam
masyarakat, seperti, politisi, keluarga kerajaan kaum cendikiawan dan lain
sebagainya.
2.
Freemason Royal (Freemason Kerajaan).
Di dalam tingkatan
ini adalah orang-orang yang sudah membuang jauh kepercayaan awal yang
dianutnya, seperti agama, nasionalisme dan prinsip-prinsip dasar lainnya dengan
menggantinya dengan prinsip-prinsip Masonik. Contoh tokoh pada level ini
seperti Winston Churchil dan juga Lord Balfour.
3.
Freemason of the Universe (Freemason untuk Alam Semesta).
Ini adalah jenis
tingkatan terakhir dari seorang Mason. Pada level ini, hanyalah orang yang
berdarah Yahudi saja yang dapat masuk ke dalam tahap ini dan tentu saja harus
mematuhi setiap doktrin Freemason sepenuhnya. Mereka yang telah berada pada
posisi ini biasanya perannya sudah lebih berpengaruh (baca berkuasa) daripada
seorang Paus bahkan Presiden sekalipun. Jadi jangan heran jika Perdana Menteri
Israel begitu berkuasa penuh atas Presiden Amerika Serikat dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan Israel, Palestina bahkan masalah keamanan Timur
Tengah, karena seluruh pemimpin Zionis adalah mereka yang telah duduk di level
ini.
Sebelum tahun 1717,
sebenarnya Freemason sudah eksis. Karena beberapa keluarga kerajaan Inggris
dilantik sebagai anggotanya. Mereka adalah Robert Moray pada tanggal 20 Mei
1641 dan seorang lagi yang masih terhitung anggota keluarga raja di Inggris,
Eliash Ashmole pada tanggal 16 Oktober 1646. Tahun 1717 ini sendiri adalah
tonggak bagi Freemason untuk memulai perang melawan agama-agama langit yang
dianut oleh masyarakat dunia pada umumnya. Di tahun ini pulalah di bangun
sebuah Loji besar di Inggris bernama Grand Lodge of England.Pada masa itu,
doktrin Kabbalah sudah mempengaruhi pola pikir masyarakat Inggris dan Eropa
pada umumnya.
Yang menjadikan
faktor kebencian orang-orang Yahudi terhadap agama Kristen adalah karena,
seperti biasanya, orang-orang Kristen berhasil “mengusik” ketentraman mereka
dalam beragama. Di Perancis, khususnya di tiga kota: Aix, Arles dan Marsailles,
Sinagog (rumah ibadah umat Yahudi) berada dalam keadaan terancam. Raja Perancis
saat itu memaksa orang-orang Yahudi ini untuk masuk ke dalam agama Kristen.
Kontan hal ini mengganggu batin kaum Yahudi Perancis.
Diduga, dari
sinilah berawalnya permusuhan hebat di kalangan Yahudi terhadap Kristen,
meskipun sebenarnya dendam permusuhan mereka sudah ada sejak dari nenek moyang
mereka di zaman Fir’aun (seperti yang telah penulis bahas sedikit di atas),
bahkan jauh sebelumnya sejak Iblis, si Raja Kegelapan atau lebih dikenal dengan
Lucifer, terusir dari Surga karena menolak perintah Allah untuk bersujud kepada
Adam—dan sebagai landasan umum yang mereka pakai sebagai dasar rencana untuk
menguasai dunia (Novus Ordo Seclorum—Tatanan Dunia Baru, seperti yang tertera
pada uang satu Dolar Amerika Serikat).
Proyek Penghancuran
Agama Kristen
Sebuah surat pada
tanggal 24 Juli 1489 dari Perancis dikirimkan oleh seorang pendeta Yahudi
(Rabi) bernama Shamur meminta pendapat atas situasi mencekam atas penindasan
yang dialami masyarakat Yahudi Perancis oleh masyarakat Kristen Perancis ke
Istanbul (Turki) kepada Pemimpin Tertinggi Yahudi yang langsung dibalas dengan
jawaban sebagai berikut:
“Saudara-saudara,
dengan rasa sedih pengaduan kalian kami pelajari. Derita nasib buruk yang
kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis
telah memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang perintah
paksaan itu, maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus di ingat, bahwa ajaran
Musa harus kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen
memerintahkan supaya kalian menyerahkan harta benda kalian.
Laksanakanlah.
Selanjutnya didiklah putra-putri kalian menjadi pedagang dan pengusaha tangguh,
agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dari tangan mereka.
Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam keselamatan hidup kalian. Maka
binalah putra-putri kalian menjadi dokter, agar bisa membunuh orang-orang
Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka,
didiklah putra-putri kalian menjadi pendeta agar bisa menghancurkan gereja
mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan.
Maka, didiklah putra-putri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis,
agar bisa menelusup keberbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian
akan bisa menundukkan orang Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan
internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan
dendam kesumat kalian terhadap mereka.”
Maka, lewat
sosialisasi surat perintah dari pemimpin tertinggi Yahudi di Konstantinopel
yang intensif melalui Rabi Shamur ini, berbondong-bondonglah orang-orang Yahudi
masuk Katolik, tentu saja dengan motivasi balas dendam dan faktor keamanan.
Penyusupan kedalam agama Kristen Katolik ini dimanfaatkan secara sangat baik
oleh orang-orang Yahudi ini.
Jauh sebelum surat
dari Pemimpin Tertinggi Yahudi ini dikeluarkan, seseorang dari Tarsus diutus ke
dalam agama Kristen untuk melakukan pengrusakan terhadap ajaran Kristen, lalu
setelah itu—secara terselubung—memasukkan unsur-unsur ajaran Kabbalah
(Paganisme) ke dalam kekristenan itu sendiri. Siapa dia? Tak lain dan tak bukan
ialah Paulus yang kini lebih dikenal sebagai Santo (orang suci) Paulus. Paulus
juga lah yang dikabarkan merubah ajaran Kristen menjadi agama misi, sama halnya
dengan agama Islam.
Faktor utama para
Ordo Kabbalah ingin merusak ajaran Kristen dengan menyusup kedalamnya adalah
karena sebenarnya mereka tidak mengakui Yesus sebagai Kristus melainkan mereka
mengakui Yohannes Pembaptis sebagai Kristus. Faktor lainnya karena pada saat
itu Peter si Pertapa mengatakan bahwa ialah pewaris gereja Yesus bukan kepada
Maria Magdalena, yang konon kabarnya sebagai Istri Yesus. Padahal Ordo Kabbalah
sangat menginginkan agar Yesus mewariskan gerejanya kepada Maria Magdalena.
Disinilah puncak kebencian mereka terhadap Kristen. Dan surat dari
Konstantinopel pada 24 Juli 1489 itu semakin meyakinkan lagi hal ini.
Untuk menghilangkan
keraguan Yesus adalah Tuhan dan Trinitas sebagai doktrin kekristenan maka
digelarlah sebuah konsili besar di Nicea pada tahun 325 Masehi. Pada Konsili
ini Kaisar Romawi, Konstantin akhirnya mengeluarkan empat buah keputusan resmi
yang berisi, menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam ajaran pagan,
tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus. Lalu, Hari Matahari Roma
menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen dengan nama Sun-Day, Hari Matahari
(Sunday). Kemudian, mengadopsi lambang silang cahaya yang kebetulan berbentuk
salib sebagai lambang kekristenan, dan yang terakhir, mengambil semua ritual
ajaran paganisme Roma kedalam ritual atau upacara-upacara kekristenan.
Di dalam sebuah
cerpen “Prahara dari Nicea” karya Ermando Sanzio disebutkan bahwa kemenangan
kaum Trinitarian dalam konsili ini karena pada saat itu terjadi sebuah
kecurangan. Disebutkan, bahwa kelompok Trinitarian (yang mempercayai konsep
Trinitas) mengusulkan agar kedua belah pihak (Trinitarian dan Unitarian atau
kelompok yang masih mempercayai konsep Tauhid yang dibawa oleh Yesus) untuk
berdoa dan meletakkan seluruh Injil yang ada ke bawah meja lalu keluar dari
ruang tempat diadakan konsili tersebut agar kembali besok untuk melanjutkan
kembali konsili yang tertunda karena perdebatan antar kubu pro Trinitas dengan
yang menolak Trinitas yang saat itu membuat Kaisar Konstantin marah.
“Setelah itu kita
sama-sama berdoa meminta petunjuk agar Injil kebenaran menampakkan diri di atas
meja besar ini sedangkan yang palsu biarlah tergeletak di bawah. Hingga esok
pagi kita kembali ke ruangan ini maka bersama telah kita ketahui mana Injil
yang akan kita jadikan kitab suci,” kata mereka kepada Kaisar Konstantin. Usul
ini akhirnya di terima oleh Kaisar Konstantin pada waktu itu.
Namun besoknya,
ketika mereka kembali ke ruang konsili, secara aneh, beberapa buah Injil tergeletak
di atas meja. Sontak hal ini membuat Kaisar dan lainnya (kecuali Arius dari
kubu Unitarian) terkesima dan percaya bahwa Injil yang tergeletak di atas meja
itulah yang asli (benar). Dari sinilah penulis mengambil kesimpulan asal mula
kemenangan kelompok Trinitarian yang mewakili Gereja Paulus. Singkatnya,
seluruh Injil yang tidak sesuai dengan konsep Trinitas dibakar dan dimusnahkan.
Bahkan Gereja mengancam akan menindak tegas (hukuman mati) bagi siapa saja yang
kedapatan menyimpan Injil yang dilarang. Sebuah larangan yang tidak main-main.
Kaisar Konstantin
sendiri adalah seorang penganut ajaran Kabbalah yang tidak pernah dibaptis
memeluk Kristen bahkan hingga pada saat kematiannya ia masih tetap penganut
Kabbalah. Motivasi ia mengadakan Konsili Nicea adalah untuk menjaga kestabilan
dan keamanan di daerah kekuasaannya karena saat itu kedua kubu tersebut sedang
bertikai yang menyebabkan gejolak di dalam masyarakat pada waktu itu. Setelah
Konsili lanjutan yang diadakan di Tyre, dua konsili lagi digelar. Konsili
Antiokia (351 M) dan Konsili Sirmium (359 M). Pada kedua Konsili ini diputuskan
bahwa keesaan Tuhan adalah dasar kekristenan dan tidak mengakui konsep
Trinitas. Namun, karena saat itu Gereja Paulus sudah berkembang amat pesat di
Eropa sehingga menyebabkan rakyatnya tidak perduli lagi kepada hasil dari kedua
Konsili tersebut.
Kini setelah
berabad-abad silam, mereka terbukti lagi berhasil menghancurkan Kristen lagi,
dengan cara memprovokasi dan mendukung para penentang yang melawan eksistensi
Gereja Katolik. Adalah Martin Luther dengan para pendukungnya mengeluarkan
protes melalui 95 pernyataannya yang secara berani menentang otoritas Kepausan
pada tanggal 31 Oktober 1517. Gerakan protes ini kemudian di dalam kekristenan
sendiri disebut Protestan. Disusul oleh John Calvin yang menyuarakan
Calvinisme. Dalam waktu singkat, jumlah pengikut Luther bertambah begitupun
dengan pengikut Calvin.
Gerakan protes atau
gugatan dan reformasi Gereja Katholik Roma ini ternyata dimanfaatkan betul oleh
kalangan Yahudi terutama Freemason. Motivasi utamanya adalah membalaskan dendam
orang tua mereka yang telah dikejar dan dibasmi oleh Paus dan institusi
pendukungnya. Lambat laun hal ini tercium oleh Luther yang menyadari kalau
diantara banyak pengikutnya ada para pewaris Templar yang mempunyai motivasi
berbeda dengannnya. Pada awalnya ia terkecoh oleh meningkatnya para
pendukungnya.
Ia pun merasa
kesembilan puluh lima (95) nota protes kepada Gereja itupun merupakan kebenaran
dan ia pun jelas terharu atas antusiasme orang-orang yang membela pendapatnya
itu. Setelah sadar, Luther pun dengan cepat dan tegas memerintahkan kepada
pengikutnya untuk tidak berhubungan langsung dengan orang-orang Yahudi yang
menyusup kedalam gerakan protesnya, agar tidak termakan tipu daya Yahudi sembari
menghujat mereka.
Gurita cengkeraman
Freemason ini memang semakin parah, sehingga membuat Gereja Katolik berang.
Maka Paus dan para pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma (Vatikan)
mengeluarkan larangan kepada para penganut Katolik untuk masuk kedalam
organisasi Freemason ini. Vatikan sadar betul bahaya Ordo Kabbalah ini bagi
kekristenan dan khususnya kepada para umatnya.
Di dalam buku
“Kebangkitan Freemason dan Zionis di Indonesia”, disebutkan sedikitnya ada
delapan Paus yang “menfatwakan” larangan terhadap orang-orang Kristen untuk
turut dalam aktivitas Freemasonry ini dalam waktu yang berbeda-beda, tentunya.
Berikut nama-nama kedelapan Paus tersebut:
1.Paus Clement XII
pada tahun 1738
2.Paus Benedict XIV
pada tahun 1751
3.Paus Pius VII
pada tahun 1821
4.Paus Leo XII pada
tahun 1825
5.Paus Pius VIII
pada tahun 1829
6.Paus Gregory XVI
pada tahun 1832
7.Paus Pius IX pada
tahun 1846 dan 1873
8.Paus Leo XIII
pada tahun 1884 dan 1892
Didalam “fatwanya” tersebut Paus Pius IX dan Paus Leo XIII, yang dikatakan
sebagai Paus yang sangat sengit menentang organisasi ini, menyebut Freemason
sebagai Iblis untuk Masyarakat Modern. Begitupun dengan Paus Leo XXII yang
dengan tegas menyebut Freemason sebagai gerakan penghancur agama beserta
tatanan yang sudah ada di masyarakat yang menggantinya dengan berbasiskan
kekuatan supranatural.
Ketegasan Gereja
Katolik dalam mengambil keputusan pelarangan terhadap Freemasonry memang sangat
tepat mengingat pengaruh gerakan anti agamanya yang semakin menggerogoti
pemikiran para umatnya. Salah satu aktivitas anti agama yang paling terkenal
adalah Kelompok Api Neraka (Hell Fire Club). Sebuah artikel karya Daniel
Willens berjudul “Hell Fire Club: Sex, Politics and Religion in Eighteenth
Century in England” yang diterbitkan dalam jurnal Gnosis, menggambarkan secara
jelas aktivitas kelompok ini:
“Pada malam-malam
yang diterangi cahaya bulan selama pemerintahan Raja George III dari Inggris,
anggota-anggota Pemerintahan yang sangat berkuasa, para intelektual penting,
dan artis-artis yang berpengaruh kadang dapat terlihat melintasi Sungai Thames
dengan gondola ke sebuah reruntuhan biara di dekat Wycombe Barat. Di sana, di
bawah bunyi nyaring bel biara yang ternoda, mereka mengenakan jubah biarawan
dan bersenang-senang dengan segala bentuk kebejatan, yang berpuncak pada Misa
Hitam yang diselenggarakan pada tubuh telanjang seorang wanita ningrat yang
asusila dengan diketuai oleh bandot tersohor Sir Francis Dashwood. Kebaktian
setan berakhir, lingkaran dalam akan berpindah tempat untuk merencanakan
perjalanan Kerajaan Inggris.”
Kelompok Api Neraka
ini didirikan oleh Philip, Duke of Wharton (1698-1731) sekitar tahun 1719.
Willens mencatat bahwa Phillip adalah seorang politikus Whig dan tentu saja
seorang Mason yang kemudian diangkat menjadi Grand Master Freemasonry dari The
Great Lodge of England pada 1722. Selain itu, lanjut Willens, Phillip adalah
seorang ateis yang suka memperolok-olok agama dengan memimpin keramaian dengan
memakai hiasan-hiasan “Satanik” di muka umum. Rizki dalam bukunya “Knights
Templar Knights of Christ” menambahkan, bahwa ketika mendirikan kelompok
“Rahib-rahib dari St. Medmenham,” nama lain dari The Hell Fire Club, Phillip
saat itu masih berumur 21 tahun.
Beberapa nama yang
tercatat sebagai anggotanya adalah saudara Dashwood, John Dashwood-King; John
Montagu, Earl of Sandwich; John Wilkes; George Bubb Dodington, Baron Melcombe;
Paul Whitehead; dan sekumpulan orang-orang lokal yang tidak terlalu profesional
maupun bereputasi baik, demikian Harun Yahya yang mengutip pernyataan Willens.
Sir Francis Dashwood, menjelang tahun 1739, menemui Abbe Nicollini, dan pada
tahun itu juga Paus Clement XII mengeluarkan surat perintah bernama Eminenti
Apostalatus Specula yang mengungkapkan inkuisisi atas Loji beserta anggota
Freemasonnya.
Berbarengan dengan
pemberontakan terhadap Gereja Katolik, penyebaran ajaran Kabbalah di Inggris
dan Eropa sudah semakin menunjukkan hasil. Hasil dari kesuksesan ajaran
penyembah Lucifer ini adalah munculnya para pemikir bebas yang mengkritisi
Injil dari Vatikan. Para pemikir bebas ini menafsirkan injil sesuka hati. Buah
dari pemikiran ini muncul isme-isme penentangan terhadap agama seperti
Darwinisme, Hedonisme, Kapitalisme dan lain sebagainya.
Di Perancis, paska
Revolusi Perancis, para pemikir bebas yang tergabung dalam Freemasonry ini
berhasil mengeluarkan undang-undang (UU) anti-klerikal. Menyusul dikeluarkannya
UU tersebut, 3000 sekolah agama ditutup, pelajaran-pelajaran agama dilarang,
ribuan pendeta ditangkap dan dibunuh, sebagian dari mereka diasingkan dan
dianggap sebagai warga kelas dua. Akibatnya, Vatikan memutuskan hubungan
diplomatik dengan Perancis pada tahun 1904.
Selain di Perancis,
perang melawan agama yang dimotori oleh Freemason juga terjadi di jantung agama
Kristen Katolik sendiri, yakni Vatikan. Di Roma, Italia, Freemason menggerakkan
sebuah organisasi bernama Carbonari. Sebuah nama yang diambil dari pembuat
arang. Berbagai pemberontakan digerakkan untuk menghapus peran agama dalam
pemerintahan di Italia. Saat itu, Vatikan masih berkuasa penuh terhadap Italia
sehingga Italia disebut sebagai Negara Kepausan. Negara Kepausan akhirnya
berakhir di tangan gerakan Persatuan Italia, pimpinan Giuseppe Mazzini,
Giuseppe Garibaldi dan Count de Cavour. Persatuan Italia yang sebenarnya
gabungan dari Carbonari dan sebuah gerakan yang dimotori oleh para pemuda
Italia yang disebut “Italia Muda” ini berhasil menyekulerkan Italia dengan
memisahkan Vatikan (Agama) dengan Italia (Negara).
Harun Yahya,
seorang peneliti tentang Yahudi asal Turki, mencatat sangat jelas perjalanan
kaki tangan Freemason ini dalam upaya untuk menghancurkan peran agama dalam
kehidupan bermasyarakat di Italia, seperti berikut ini:
“Sudah menjadi
rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh kaum Mason yang terlibat bersama
mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner. Seusai Revolusi Juli di Prancis
pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan pengaruhnya dan secara bertahap
menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan gerakan ”Italia Muda” yang
didirikan oleh Guiseppe Mazzini. Mazzini, seorang ateis tersohor, selama
bertahun-tahun telah bertarung melawan Negara Kepausan dan Gereja dan pada
akhirnya menjadi seorang Mason ranking atas yang akan menjadi pendiri Persatuan
Italia.”
“Dengan dukungan
dua orang Mason terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di Cavour, ia
mendirikan Persatuan Italia pada tahun 1870, serta menggariskan perbatasan
Negara Kepausan di belakang batas-batasnya yang telah ada. Setelahnya, Italia
memasuki sebuah proses yang membuatnya kian menjauh dari agama, dan
mempersiapkan pondasi bagi kediktatoran fasis Mussolini di tahun 1920-an.
Singkatnya, dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan Cavour merupakan
tiga pemimpin terkemuka yang melakukan fungsi penting dalam pertarungan melawan
agama di Eropa.”
Dari dua peristiwa
ini, secara langsung dapat kita simpulkan, bahwa, Revolusi Perancis dan
pemberontakan di Italia adalah awal dari revolusi yang diciptakan untuk
memusnahkan setiap agama samawi (langit) yang ada di dunia ini. Setelah
berhasil menggerakkan kedua kekacauan ini, Konspirasi kembali meletuskan perang
dunia dan yang kini sedang dalam proses adalah Perang Dunia III. Sebuah perang
yang akan mengakhiri setiap kekacauan yang ada di seluruh dunia. Penulis
meyakini ini adalah yang dalam peradaban Barat disebut dengan Armageddon
sedangkan kita (umat Islam) menyebutnya al-Qiyamah (Kiamat).
Tag :
Freemasonry
0 Komentar untuk "Freemasonry Pemusnah Gerakan Agama"